Indonesia Mencari Bakat

Posted by novasorangindonesia | Posted in

Walaupun secara konsep acara ini menjiplak teknisnya dari amrica's got talent tapi benar-benar tidak menyangka bahwa putra-putri Indonesia mempunyai ketrampilan yang benar2 LUAR BIASA.. ada Brandon ma Fey yang jago Hip-Hop.Ada RUmingkang yang luar biasa dalam menari Jaipong. Ada Klanting yang jago main Percusi. dan yang luar biasa yaitu Hudson dan Jessica satu manusia tapi mempunyai dua suara dan sebagainya... benar2 Exciting dan Entertaining... Di Bawah ini ada beberapa episode Indonesia Mencari Bakat.. Monggo Di simak....












Green Logistic

Posted by novasorangindonesia | Posted in

hai.. hai.. hai dah lama gak nge-blog...
hemmm.. untuk saat ini dan seterusnya.. kakanda NOVAS akan banyak memposting hal-hal tentang ke teknik industrian core competency saya.. biar ilmu aku gak sia2... he3
kali ini kita akan membahas terkait logistic kontemporer yang beraspek lingkungan.. apa itu????

kita simak aja di bawah ini gan...

Green Logistic
Green Logistic adalah suatu bentuk logistik yang memperhitungkan aspek sosial dan ramah lingkungan disamping aspek fungsional dan ekonomis. Pada awal tahun 1980-an, hanya ada beberapa perusahaan yang peduli terhadap pengembangan Green Logistic dengan anggapan bahwa akan muncul kekhawatiran konsumen terhadap proses produksi dan distribusi produk pada awal abad ke -21. Oleh karena itu sekarang berkembang perusahaan yang tertarik untuk mengadopsi Green Logistic dengan memanfaatkan jasa konsultan logistik yang berspesialisasi dalam membantu perusahaan mengubah, mereformasi dan menyederhanakan sistem logistik yang ada.
Dalam hal Logistik hijau, semua masalah yang berhubungan dengan logistik reguler masih berlaku, dengan faktor added value ramah lingkungan. Kadang-kadang, membuat produk ramah lingkungan juga terjadi konflik dalam aspek ekonomi. Sebagai contoh, sebuah pabrik minuman dapat mengurangi penggunaan plastik dengan membuat botol tipis, sehingga mengurangi biaya pada pengiriman dan produksi. Dalam kasus lain, membuat produk ramah lingkungan memberikan biaya yang lebih sehingga terjadi konflik dengan logistik tradisional.
Setiap tahapan manufaktur dan pengiriman produk dapat mendapatkan keuntungan dari Green Logistic dari mengembangkan metode yang lebih baik untuk mengambil bahan baku dan untuk mengurangi kemasan produk dan saat mereka siap untuk melakukan pengiriman. Kadang – kadang konsumen bersedia membayar kebih untuk produk yang menunjukkan bahwa perusahaan induk peduli terhadap lingkungan dan mempunyai program – program CSR terhadap masyarakat sekitar. Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian lebih untuk membuat Green Logistic lebih menarik dari sudut pandang bisnis dan sosial.
Beberapa contoh logistik hijau meliputi: pengiriman produk bersama-sama, bukan dalam batch yang lebih kecil; menggunakan kendaraan bahan bakar alternatif untuk manufaktur dan pengiriman; mengurangi kemasan secara keseluruhan; memanfaatkan produk mentah yang dipanen secara berkelanjutan; fasilitas bangunan untuk pembuatan dan penyimpanan yang ramah lingkungan ramah, dan mempromosikan program daur ulang dan digunakan kembali.

Pengembangan dan Penerapan Green Logistic.

Secara umum hijau menjadi slogan di industri transportasi pada akhir 1980-an dam awall 1990-an. Pada awal dekade tersebut tumbuh kesadaran akan isu lingkungan dan isu yang dipubilkasikan saat itu adalah hujan asam, CFC dan pemanasan global. Komisi Dunia tentang lingkungan dan development report (1987) menetapkan tujuan keberlanjutan lingkungan sebagai tujuan aksi internasional dan memberi isu hijau serta dorongan yang signifikan dalam arena politik dan ekonomi. Industri transportasii memberikan kontribusi yang besar terhadap kerusakan lingkungan melalui mode, infrastruktur dan arus lalu lintas (Hold dan Button 1993; Whitelegg 1993). Bidang pengembangan logistik dipandang oleh banyak orang sebagai kesempatan untuk menunjukkan bahwa industri transportasi menampilkan wajah yang lebih ramah terhadap lingkungan. Pada awal 1990-an ada studi laporan dan opini yang berkaitan dengan industri logistik (Muller 1991; Murphy 1994; Tanja 1991). Bahkan muncul opini bahwa tahun 1990 akan mnjai “dekade lingkungan hidup” (Kirkpatrick 1990).
Seperti yang dapat kita lihat kembali pada dekade ini kita dapat mengamati bahwa kepentingan lingkungan oleh industri logistik paling jelas termanifestasi dalam hal pemanfaatan peluang pasar baru. Sementara logistik tradisional berupaya mengatur distribusi yaitu transportasi, pergudangan, pengepakan dan manajemen persediaan dari produsen ke konsumen, pertimbangan lingkungan untuk membuka pasar untuk daur ulang dan pembuangan, dan menyebabkan sebuaj istilah baru yaitu reverse logistik. Reverse distribusi melibatkan transportasi limbah dan pergerakan bahan, sementara untuk reverse logistik digunakan secara luas dengan nama lain yang diterpakan seperti reverse flow logistic dan green logistic.
Memasukkan daur ulang dan pembuangan bahan liimbah, termasuk barang berbahaya dan beracun dari segala jenis pada logistik telah menjadi pasar baru yang punya potensi besar. Ada beberapa variasi dalam proses green logistic ini yaitu yang bersegmentasi kepada pelanggan, di mana limbah domestik disisihkan oleh rumah tangga untuk didaur ulang. Sistem ini telah mencapai popularitas yang luas di banyak komunitas, terutama karena publik menjadi terlibat dalam proses. Jenis kedua adalah dimana non-daur ulang limbah, termasuk bahan-bahan berbahaya untuk kemudian diangkut untuk pembuangan ke situs (tempat pembuangan akhir) yang ditunjuk. Limbah harus diangkut dengan jarak yang agak jauh dikarenakan lahan kosong di tengah kota harus dihindari karena dekat dengan penduduk. Sebuah pendekatan berbeda adalah dimana green logistic adalah proses yang berkesinambungan tertanam di mana organisasi (produsen atau distribuor) bertanggung jawab untuk pengiriman produk baru sampai kembali. Hal ini menjadikan pertimbangan lingkungan melalui seluruh siklus hidup produk (produksi, distribusi, konsumsi dan pembuangan).

PARADOKS GREEN LOGISTIC DALAM SISTEM TRANSPORTASI.
Jika karakteristik dasar sistem logistik yang dianalisis, beberapa inkonsistensi berkaitan dengan kompatibilitas lingkungan menjadi jelas. Lima paradoks dasar dibahas di bawah ini adalah :
1.Biaya. Tujuan dari logistik adalah untuk mengurangi biaya, khususnya biaya transportasi. Di samping itu tujuan selanjutnya adalah fleksibilitas waktu dan peningkatan kehandalan pelayanan. Korporasi dengan distributor pengiriman barang sangat mendukung strategi mereka untuk memotong biaya transportasi. Biaya lingkungan merupakan biaya eksternal. Hal ini berarti bahwa manfaat dari logistik direalisasikan oleh pengguna (dan akhirnya ke konsumen jika imbalan tersebut bersama sepanjang rantai pasokan), tetapi lingkungan diasumsikan sebagai beban dan biaya. Masyarakat pada umumnya, dan banyak individu pada khusunya menjadi kurang mau menerima biaya ini, dan tekanan semakin tinggi ketika pemerintah dan perusahaan memasukkan lingkungan sebagai pertimbangan dengan bobot yang besar dalam kegiatan mereka.
2.Time/Speed. Dalam bidang logistik, waktu merupakan elemen yang penting. Dengan mengurangi waktu arus, kecepatan sistem distribusi meningkat dan menciptakan efisiensi. Hal ini dicapai dengan menggunakan metode transportasi yang efisien yang paling sedikit menimbulkan polusi dan energi.
3.Keandalan. Kunci utama logistik adalah pentingnya keandalan layanan utma. Keberhasilannya didasarkan pada kemampuan untuk memberikan pengiriman tepat waktu dengan ancaman minimal dari kerusakan. Penyedia logistik mewujudkan tujuan tersebut dengan memanfaatkan mode yang dianggap sebagai yang paling dapat diandalkan. Mode yang menimbulkan pencemaran umumnya dianggap paling dapat diandalkan dalam hal pengiriman tepat waktu, kurangnya kerusakan dan keselamatan.
4.Pergudangan. Logisitk merupakan faktor penitng mempromosikan globalisasi dan arus perdaganagn internasional. Logistik sistem ekonomi modern didasarkan pada pengurangan persediaan, seperti kecepatan dan keandalan pengiriman dapat menghilangkan kebutuhan untuk persediaan dan pergudangan. Akibatnya pengurangan terhadap tuntutan pergudangan adalah salah satu keuntungan logistik. Namun ini berarti, bahwa persediaan dialihkan ke metode yang lain yaitu sistem transportasi, terutama jalan. Persediaan sebenarnya dalam perjalanan memberikan kontibusi yang sangat besar terhadap kemacetan dan polusi.
5.E-Commerce. Salah satu yang paling dinamis pada masa sekarang adalah e-commerce. Hal ini dimungkinkan sebagai sebuah rantai suplai terintgrasi dengan pertukaran data antara pemasok, lini perakitan dan forwarders pengiriman. Transaksi distribusi online dapat mengkonsumsi energi lebih dari kegiatan ritel lainnya. Kegiatan dstribusi yang paling diuntungkan dari e-commerce adalah perusahan pengiriman barang seperti UPS dan FEDEX yang hanya mengandalkan truk dan transportasi udara. Tekhnologi informasi yang berkaitan dengan e-commerce diterapkan untuk logitik jelas ada dampak positif dan negatifnya.


Sebuah Blue Print Green Logistic.

Meskipun lingkungan bukanlah sebuah prioritas utama dalam industri itu sendiri tapi adanya Green Logistic membuka peluang pasar baru yang tumbuh dari keprihatinan masyarakat atas pembuangan limbah dan daur ulang. Tekanan yang meningkat dari sejumlah arah yang bergerak dari semua sektor dalam perekonomian ke arah hal peningkatan bagi lingkungan. Dalam beberapa sektor ini sudah terwujud seperti industri logistik. Masalahnya adalah kapan dan dalam bentuk apa itu akan terealisasi. Tiga skenario yang mungkin adalah impilikasi dari tiga pendekatan yang berbeda-beda yaitu :
1.Sebuah pendekatan top-down dikenakan pada industri logistik dengan kebijakan pemerintah.
2.Sebuah pendekatan bottom-up dimana perbaikan lingkungan berasal dari industri itu sendiri.
3.Sebuah kompromi antara pemerintah dan industri, khususnya melalui sertifikasi.

Pertama adalah bahwa tindakan pemerintah akan memaksa agenda hijau di industri, dalam pendekatan top-down. Meskipun hasil ini paling tidak diinginkan untuk industri logistik, sudah jelas bahwa intervensi pemerintah dan undang-undang lebih efeisien untuk digunakan dalam mengintervensi perusahaan atas isu lingkungan. Di Eropa untuk menekan perusahaan atas isu lingkungan pemerintah menerapkan bunga untuk biaya eksternal yang muncul karena kerusakan lingkungan.
Harga hanya satu aspek dari intervensi pemerintah. Legislasi mengendalikan pergerakan barang berbahaya, mengurangi limbah kemasan, dan menetapkan konten daur ulang produk. Memang undang-undang terkait lingkunga melahirkan yurisdiksi industri logistik reverse. Keamanan truk, pendidikan pengemudi, batas waktu driver dalam perjalanan adalah di antara banyak jenis tindakan pemerintah yang memiliki potensi yang berdampak pada industri logistik.
Jika pendekatan top-down muncul tak terelakkan, dalam beberapa hal setidaknya, sebuah solusi bottom-up akan menjadi preferensi industri. Ada beberapa cara sebuah pendekatan bottom-up mungkin terjadi. Seperti logistik reverse, hal ini terjadi ketika kepentingan bisnis dari industri sesuai dengan keharusan lingkungan hidup. Dengan meningkatnya kecanggihan manajemen dan kontrol IT atas penjadwalan dan routing, keuntungan lebih lanjut dapat dicapai.
Dapat dikatakan bahwa paradoks green logistic tidak memumngkinkan untuk industri logistik secara signifikan menjadi lebih hijau. Inkonsistensi internal antara tujuan dari kelestarian lingkungan dan industri yang memberikan preferensi yang tidak perlu dan transportasi udara dapat dilihat sebagai hal yang dapat dikompromikan antara tekanan internal dan eksternal. Namun mempromosikan industri logistik yang ramah lingkungan adalah sebuah solusi untuk membentuk industri masa depan.


sumber :
1.http://www.wisegeek.com/what-is-green-logistics.htm
2.http://people.hofstra.edu/jean-paul_rodrigue/downloads/Green%2520Logistics.pdf