Halllooooo... ini postingku yang ke 100. hahaha udah berapa tahun buat blog, ternyata baru 100 postingan. Oke, di postinganku hari ini aku mendeklarasikan proyek pribadiku dimana proyek ini akan menulis pribadi - pribadi orang yang menginspirasi kehidupanku selama ini setiap hari kamis selama satu tahun ke depan. Aku beri nama proyek ini #mythursdayproject, Yoo, kita mulai dari teman saya satu SMP, SMA dan KULIAH. Sebenarnya ini sudah pernah aku posting, tapi semoga masih berkenan untuk membacanya kembali, semoga bermanfaat.
Salah satu semangatku untuk terus berkarya dan meneruskan perjuangan untuk menuntut ilmu sampai sekarang salah satunya adalah karena terinspirasi oleh temanku, Samsul Hadi namanya. Sebuah teman yang selalu tulus, selalu tersenyum dalam menghadapi permasalahan yang silih berganti menimpanya. Mungkin dia tidak sadar, bahwa perjuangannya selama ini menginspirasiku untuk terus berjuang dan bermimpi. Mungkin benar kata Arai, Tanpa MIMPI orang-orang seperti kita akan mati.
Lahir di Surabaya namun tertulis di Kediri pada tanggal 18 Februari 1989, Samsul Hadi adalah anak ketiga dari tiga bersaudara putra, Bapak Sukarto dan Ibu Katmiati. Sejak kecil terbiasa hidup sendiri dengan ibu dan 2 saudara lainnya, Karena sejak belum sekolah hingga memasuki kuliah di ITS Surabaya ayahnya bekerja di Surabaya. Yang ia ketahui dari ayahnya, dulu beliau bekerja sebagai kuli, terus pegawai serabutan di pabrik, dan kemudian juga pernah berpindah di toko bangunan, dan terakhir adalah penjaga tambak. Sedangkan Ibunya dulu bekerja sebagai pedagang kecil dirumah.
Masa kecil sampai remaja dihabiskan di kota Kediri. Pendidikan usia dini di SD Banjarejo II Desa Banjarejo Kecamatan Plemahan, SMP Negeri 1 Plemahan, dan SMA Negeri II Pare. Tahun 2007 lulus dari SMA langsung merantau ke Surabaya, mengikuti kuliah di Jurusan Informatika ITS Surabaya. Berbeda dengan kedua saudara lainnya, yang memiliki pendidikan maksimal Madrasah Tsanawiyah untuk kakak pertama dan SMK untuk kakak kedua pada masa awal kuliah di ITS.
Sejak SMA dia sudah terlatih untuk hidup mandiri. Dengan kehidupan yang terbiasa sendiri, selama dua tahun dia jalani kehidupan sehari-harinya di Sekolahan. Pulang kerumah paling sering sebulan sekali, hanya membawa bekal beras dan uang untuk membeli lauk. Saat itu kakaknya yang pertama bekerja di Surabaya sebagai pegawai serabutan di toko, dan kakak yang kedua sekolah SMK di Surabaya yang tinggal di kos-kosan bersama ayahnya.
Setelah dinyatakan diterima di Informatika ITS, ternyata kondisi ekonomi keluarga pada saat itu tidak mendukung sekali. Memang sejak awal mengikuti test SPMB (sekarang SNMPTN) sudah menyadari hal itu. Ayahnya hanya berpenghasilan untuk kebutuhan sehari-hari, serta kakak pertama yang sudah menghidupi istri dan anak pertamanya yang diasuh oleh ibunya yang sudah tidak bekerja, dan kakanya kedua yang saat itu melanjutkan kuliah di perguruan tinggi swasta atas tuntutan pekerjaan. Namun, hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk tetap ingin melanjutkan kuliah. Dari sekitar 5 juta uang pendaftaran keluarganya hanya memiliki 600 ribu rupiah. Dia tetap berusaha untuk mengajukan keringanan di ITS, namun alhamdulillah yang didapat hanya berupa penundaan.
Sekitar satu bulan kemudian ayahnya harus berhenti bekerja dan tinggal di Desa bersama Ibu dan keponakannya karena kondisi usia serta kecelakaan yang dialami. Namun, alhamdulillah dia dan beberapa temannya, yang diterima di perguruan tinggi negeri mendapatkan beasiswa dari bupati Kediri sebesar 2 juta, sehingga dapat digunakan untuk mengurangi beban biaya pendaftaran kuliah.
Satu semester dia jalani kehidupan sehari-hari dengan memasak bersama beberapa temannya. Namun, keadaan tidak berubah, dia harus menghadapi batas penundaan biaya pendaftaran kuliah dan SPP semester 2. Akhirnya dengan berbagai usaha, dia bisa mendapatkan bantuan dari alumni, dan beberapa sisa beasiswa yang ia dapat sebelumnya. Namun, itu semua tetep memberikan pembayaran yang belum lunas untuk biaya pendaftaran tersebut yang harus dibayar di akhir semester 2. Dengan kondisi tersebut, akhirnya dia mencari solusi dengan bekerja sambilan di sebuah toko komputer, lumayan dengan gaji yang cukup untuk biaya hidup ia tetep berusaha untuk bisa menutupi kekurangan pembayaran biaya pendaftaran tersebut.
Sampai di batas akhir semester 2, alhamdulillah sebuah nikmat itu datang untuk yang kedua kalinya dari bupati yang memberikan sumbangan dana untuk SPP semester 3 dan sisa biaya pendaftaran. Dan karena suatu hal, akhirnya dia beralih tempat kerja di sebuah warnet. Dengan jatah waktu 8 jam sehari malam hingga pagi, ia semakin sulit untuk mengatur jadwal kuliah. Banyak jadwal kuliah yang tertinggal karena kelelahan. Akhirnya, hasil kulah di semester 3 nya merosot. Namun, waktu itu merupakan waktu yang paling dia banggakan dari semester sebelumnya, karena dengan usahanya sendiri SPP semester 4 bisa terbayar. Akibat merosotnya nilai, akhirnya Dosen walinya memberikan teguran. Sehingga dia harus berhenti bekerja dan diberikan pekerjaan sebagai admin lab, dengan catatan dia harus bisa memperbaiki kuliahnya.
Dengan perjuangan yang ekstra keras, sedikit demi sedikit usahanya mendapatkan hasil. Proyek demi proyek berhasil didapatkannya mulai dari membuat web, database dan sebagainya. Bahkan berita terbaru dia dipercayai oleh salah satu perusahaan di Australia untuk membuatkan sistem informasi manajemennya. Hebat, itulah temanku, tidak pernah menyerah dengan keadaan dan tidak pernah mendahului takdir sebelum berusaha yang terbaik.
Pesan dari sahabat yang terinspirasi dari perjuanganmu. Ayo selesaikan kuliah kita bersama, saya tunggu di wisuda 103, berjuang bersama, mulai dari membayar pendaftaran ke BNI sampai berdesak-desakan di kamar dan pinjam meminjam uang. Satu langkah lagi mimpi kita terwujud, menyandang gelar SARJANA. SEMANGAT.
NB. Bagi teman-teman sekadar informasi SAMSUL HADI ini punya perusahaan sendiri lho di dunia maya.. maen2 ke www.gablooge.com semua portofolionya ada di sana kok. Kalau mau dibuatin web monggo langsung berhubungan dengan teman saya yang super ini :).